Setiap orang pasti mengalami kegagalan, dan keterpurukan dalam berjuang demi mencapai keinginan. Terkadang kegagalanlah yang membuat putus asa dan hilang harapan, yang menjadikan orang ragu-ragu untuk memulai hal baru. Dan kata gagalah yang membuatku pesimis untuk melanjutkan perjalananku, suatu proses untuk menggapai anganku menjadi kenyataan.
Kemarin, Rabu 15 Juni 2018 aku hampir hilang harapan. Saat aku sedang membuat kue, awalnya aku yakin pasti akan berhasil. Namun, kenyataannya berkata lain. Saat di tengah-tengah perjalananku, aku lupa dengan salah satu bahannya. Kue yang pertama dan kedua aku kukus harus dibuang sia-sia karena kurang matang dan dilihat dari bentuknya sudah meragukan. Aku bertekad ke pasar lagi untuk membeli bahan itu. Aku mulai ragu bahwa kue buatanku akan sia-sia, tidak enak, dan tidak seperti yang aku bayangkan. Setelah aku melengkapi semua bahan, aku segera mengukus adonan kue satu persatu. Rencananya aku akan membuat lima lapis kue, karena yang dua telah rusak maka jadinya hanya tiga lapis. Hingga menjelang maghrib aku baru bisa menyelesaikan semua adonan kue. Aku mulai ragu lagi karena dilihat dari bentuknya sudah meragukan, saat berbuka puasa aku segera merasakan kue. Ternyata rasanya terlalu manis, dan aku tidak memakannya lagi. Kuenya tidak mubadzir karena aku bawa ke masjid. Saat di masjid ada yang mengatakan terlalu manis, ada juga yang mengatakan enak. Aku bersyukur karena kue buatanku masih dapat habis dan tidak mubadzir meskipun hasilnya tidak sesuai yang aku inginkan.
Dari kejadian itulah aku mulai menyadari, bahwa kegagalan di tengah perjalanan dapat dijadikan cambuk untuk semakin melangkah kedepan meskipun memerlukan perjuangan yang luar biasa. Saat merasakan kegagalan itu memang menyakitkan, seperti jatuh dan sangat sulit untuk bangkit lagi. Namun jika ada niat dan semangat yang kuat maka dapat menghadapi kegagalan tersebut. Semakin besar keinginan untuk maju yang dilandasi semangat, maka peluang kegagalan semaikin sedikit, begitu pula sebaliknya.
Kemarin, Rabu 15 Juni 2018 aku hampir hilang harapan. Saat aku sedang membuat kue, awalnya aku yakin pasti akan berhasil. Namun, kenyataannya berkata lain. Saat di tengah-tengah perjalananku, aku lupa dengan salah satu bahannya. Kue yang pertama dan kedua aku kukus harus dibuang sia-sia karena kurang matang dan dilihat dari bentuknya sudah meragukan. Aku bertekad ke pasar lagi untuk membeli bahan itu. Aku mulai ragu bahwa kue buatanku akan sia-sia, tidak enak, dan tidak seperti yang aku bayangkan. Setelah aku melengkapi semua bahan, aku segera mengukus adonan kue satu persatu. Rencananya aku akan membuat lima lapis kue, karena yang dua telah rusak maka jadinya hanya tiga lapis. Hingga menjelang maghrib aku baru bisa menyelesaikan semua adonan kue. Aku mulai ragu lagi karena dilihat dari bentuknya sudah meragukan, saat berbuka puasa aku segera merasakan kue. Ternyata rasanya terlalu manis, dan aku tidak memakannya lagi. Kuenya tidak mubadzir karena aku bawa ke masjid. Saat di masjid ada yang mengatakan terlalu manis, ada juga yang mengatakan enak. Aku bersyukur karena kue buatanku masih dapat habis dan tidak mubadzir meskipun hasilnya tidak sesuai yang aku inginkan.
Dari kejadian itulah aku mulai menyadari, bahwa kegagalan di tengah perjalanan dapat dijadikan cambuk untuk semakin melangkah kedepan meskipun memerlukan perjuangan yang luar biasa. Saat merasakan kegagalan itu memang menyakitkan, seperti jatuh dan sangat sulit untuk bangkit lagi. Namun jika ada niat dan semangat yang kuat maka dapat menghadapi kegagalan tersebut. Semakin besar keinginan untuk maju yang dilandasi semangat, maka peluang kegagalan semaikin sedikit, begitu pula sebaliknya.
Ditengah ❌
ReplyDeletedi Tengah ✔
(judul)