IPA pelajaran yang mempelajari tentang alam. Pelajaran yang melekatkan jiwa agar selalu dekat dengan lingkungan sekitar. Karena lingkungan sekitar merupakan alam yang harus dijaga oleh setiap insan manusia.
Tugas merupakan suatu kegiatan yang wajib untuk dilakukan. Seperti halnya dengan pelajar, tugas pelajar tidak hanya belajar tetapi juga bisa observasi. Tugas juga bisa berupa laporan,praktikum, lisan, dan lain-lain.
Mulai dari pelajaran IPAlah pertemuanku pertama kali dengannya. Blog, aku mulai menemukanmu saat pelajaran IPA. Blog merupakan kenang-kenangan dari pelajaran IPA. Meskipun IPA merupakan pelajaran yang berkaitan dengan alam, apa salahnya jika tugas-tugasnya diberikan dalam bentuk teknologi. Tujuan tak lainnya adalah agar pelajar bisa memanfaatkan teknologi untuk kebaikan. Seperti tulisan yang nantinya dapat dibaca khalayak agar bisa mendapatkan ilmu.
Baru kali ini dikelas delapan aku mendapatkan tugas yang unik dari guru IPA. Siapa lagi kalau bukan Pak Agus Dwianto. Yang memberikan tugas lain dari yang lain, yang berbeda dari pelajaran yang lain. Tugasnya bukan praktikum, bukan observasi, dan bukan juga laporan. tetapi tugas yang ini adalah tugas paling berbeda yang aku terima. Yaitu menulis di blog atau istilahnya ngeblog. Setelah satu tahun bersama beliau menikmati gemuknya pelajaran IPA, sudah banyak karya tulis yang sudah aku muat di social media itu semua berawal dari tugas IPA. Mungkin kalau guru IPAku bukan Pak Agus aku tidak akan bisa ngeblog, tidak menjadi blogger cilik, dan yang paling penting aku tidak akan tahu apa itu blog.
Awalnya pada semester satu, Pak Agus memberikan tugas ngeblog tentang pelajaran pesawat sederhana. Saat itu, karena aku penasaran dengan tulisan di blog. Maka aku membuat tulisan di blog kelas pertama kali dengan judul IPA ITU ASIK. Lama ke lamaan, teman-temanku banyak yang mempunyai blog pribadi. Tetapi aku belum memikirkan blog pribadi. Saat ada lomba blog Laptop Asus, aku mulai membuat blog pribadi. Sekarang ada sebuah kelompok kecil yang beranggotakan blogger-blogger cilik yang siap mencurahkan segala pemikirannya ke dalam sebuah tulisan. Aku mengembangkan kegiatan tulis menulis tidak hanya di blog pribadiku, melainkan aku juga ikut menulis blog di blogsiswa, dan mengikuti lomba puisi maupun cerpen. Aku mulai suka mengarang ketika ada lomba cerpen Januari lalu. Saat itu Pak Agus memberikan informasi bahwa ada lomba cerpen dari suatu penerbit. Walaupun aku tidak menang dalam setiap perlombaan, tetapi aku sudah berusaha. Kemudian dari waktu ke waktu, aku mulai aktif di blog pribadiku. Yang sebelumnya aku menggunakan blogku untuk mengikuti lomba ASUS saja. Tetapi blogku sekarang lebih aktif dari tahun kemarin. Itu karena Pak Agus memberi tantangan menulis blog guna meningkatkan literasi. Kalau bukan Pak Agus Dwianto yang memberikan tugas blog, mungkin aku belum bisa mengembangkan tulisanku sampai sejauh ini. Dan blogku ini merupakan tugas IPA terakhir di kelas 8. Semoga saja aku masih bisa mengingkatkan semangat menulis blog saat kelas 9 nanti.
Pak Agus sengaja memberikan tugas menulis kepada siswanya agar dapat meningkatkan literasi di Indonesia. Untuk saat ini mulai dari kita, yang memperjuangkan literasi di dunia pendidikan. Namun suatu saat nanti pasti akan ada generasi yang lebih baik dari kita yang akan meneruskan literasi.
Dalam pelajaran IPA ada beberapa kendala yang aku hadapi. Mungkin untuk sebagian orang, kendalaku ini tak wajar. Tapi mau bagaimana lagi, pemikiran seseorang akan berbeda. Kendalaku inilah yang membuatku tak terlalu suka dengan IPA, walaupun begitu aku tidak akan membawa IPA ke dalam pelajaran yang tidak aku sukai. Karena apa? Karena pelajaran akan menyukai orang yang menyukai dan mau mempelajarinya. Jadi aku tidak mungkin membenci suatu pelajaran, karena aku juga tidak mau dibenci pelajaran tersebut.
Kendala-kendalaku saat pembelajaran IPA adalah fisika. Fisika adalah materi cabang dari pelajaran Sains. Fisika membuatku enggan untuk bertemu dengan pelajaran IPA, apalagi kalau akan mempelajari BAB baru dan isinya berhitung semua. Meskipun Pak Agus sudah menerangkan materi fisika sedetail mungkin, ketidaksukaan terhadap fisika masih berlanjut hingga kini. Entah sampai kapan hubunganku dengan fisika akan membaik. Hal-hal yang membuatku tidak begitu suka dengan fisika adalah banyak simbol, julukan, dan satuan-satuannya yang membuatku malas untuk menatapnya. Fisika terlalu menghabiskan waktu saat tes, dalam fisika harus bisa cermat melihat gambar dengan keterangannya. Apalagi kalau keterangannya dalam bentuk simbol, udah males duluan. Meskipun aku tidak suka dengan fisika, tetapi aku bisa menyelesaikan soal fisika. Sekadar bisa menyelesaikan. Karena Dilan berkata “Tidak mencintai bukan berarti membencikan?” seperti aku dengan fisika. Aku tidak mencintai fisika tetapi aku juga tidak membencinya.
Selain itu, mengebut materi juga menjadi kendalaku dalam memahami IPA. Akhir-akhir ini karena mengejar materi 2 BAB, Pak Agus sering mengebut materi. Yang dikebut 2 BAB. Kenyanglah aku memakan semua materi IPA. Apalagi BABnya berupa fisika, jadi nggak mut memahami. Jadinya, aku memahami sendiri di rumah meskipun belum terlalu paham.
Tak terasa sudah satu tahun silam Pak Agus mengajar kelas 8B. Kelas yang dianggap paling ramai dari ketiga kelas yang beliau ampu. Memang setiap pertemuan pasti ada perpisahan. Itulah yang dialami siswa kelas 8B, harus berpisah dengan Pak Agus dalam pelajaran IPA. Karena, kami akan segera naik tingkatan. Yang artinya Pak Agus tidak mengajari pahit manisnya pelajaran IPA. Berat rasanya harus berpisah dengan SangPengajar, yang mengajari kami hingga kami bisa. Sedih, terharu, dan bangga bisa kenal dan dekat dengan beliau. Perpisahan ini hanyalah sebatas guru dengan siswanya. Namun bagaikan lem dengan kertas, yang saling melengkapi. Meskipun perpisahan ini tak diinginkan, tetapi kami kelas 8B masih bisa bertemu SangPengajar setiap saat.
Kesan-kesanku selama pembelajaran IPA tidak akan terlupakan dan akan menjadi kenangan yang manis.
Yang terakhir ini adalah saran, saran untuk Pak Agus Dwianto. “TETAPLAH MENJADI GURU YANG MEMBERIKAN TUGAS PALING BERBEDA DARI GURU YANG LAIN”
Marhaban Ya Ramadhan
Lathifah Roikhanah Wardani